Modular vs. Monolithic Blockchain: Perdebatan Arsitektur yang Akan Menentukan Masa Depan Kripto
Doni Ramdani
Istilah ini mungkin terdengar rumit, tetapi konsepnya sangat penting karena akan menentukan proyek mana yang akan berkembang dan mendominasi di masa depan. Memahaminya akan memberi Anda wawasan sebagai investor tentang visi jangka panjang dari aset yang Anda pegang.
Masalah Utama: Trilema Blockchain
Sebelum membahas kedua arsitektur, kita perlu memahami masalah yang ingin mereka pecahkan: Trilema Blockchain. Trilema ini menyatakan bahwa sebuah blockchain sangat sulit untuk mencapai tiga hal sekaligus secara maksimal: Keamanan (Security), Skalabilitas (Scalability), dan Desentralisasi (Decentralization). Biasanya, untuk memaksimalkan dua aspek, aspek ketiga harus dikorbankan.
Blockchain Monolitik: Pendekatan "Semua dalam Satu"
Blockchain monolitik adalah arsitektur tradisional di mana satu rantai utama menangani semua tugas inti secara bersamaan.
Tugas-tugas inti ini adalah:
Eksekusi: Memproses transaksi.
Ketersediaan Data: Memastikan data transaksi tersedia untuk diverifikasi.
Konsensus: Menentukan urutan transaksi yang sah.
Analogi Sederhana: Bayangkan sebuah restoran di mana satu koki super harus memasak, mencatat pesanan, dan mengantar makanan ke setiap meja sendirian. Dia mungkin sangat cepat dan efisien pada awalnya, tetapi ketika restoran menjadi sangat ramai, dia akan kewalahan.

Contoh Populer: Solana adalah contoh paling terkenal dari blockchain monolitik yang dioptimalkan untuk kecepatan tinggi. Bitcoin dan Ethereum pada awalnya juga dirancang sebagai sistem monolitik.
Kelebihan:
Karena semuanya terintegrasi dengan erat, blockchain monolitik bisa mencapai kecepatan transaksi yang sangat tinggi dalam satu lapisan.
Kekurangan:
Seringkali harus mengorbankan desentralisasi untuk mencapai kecepatan. Mereka juga lebih kaku; melakukan pembaruan atau perubahan besar bisa sangat sulit karena semua komponen saling terkait.
Blockchain Modular: Pendekatan "Spesialisasi"
Blockchain modular mengambil pendekatan yang berbeda. Alih-alih melakukan semua tugas sendirian, arsitektur ini memecah tugas-tugas inti menjadi beberapa lapisan atau modul yang bisa dikerjakan oleh rantai atau protokol yang berbeda dan terspesialisasi.
Analogi Sederhana:
Kembali ke analogi restoran. Dalam model modular, ada koki yang fokus hanya memasak (lapisan eksekusi), ada pelayan yang fokus mencatat dan mengantar pesanan (lapisan penyelesaian), dan ada kasir yang fokus pada pembayaran (lapisan konsensus). Setiap bagian menjadi sangat ahli dalam tugasnya, memungkinkan restoran melayani lebih banyak pelanggan dengan lebih efisien.
Contoh Populer: Ekosistem Ethereum saat ini adalah contoh utama dari arsitektur modular.
Ethereum (Layer 1): Berfungsi sebagai lapisan konsensus dan penyelesaian akhir yang sangat aman.
Rollups (Layer 2) seperti Arbitrum & Optimism: Berfungsi sebagai lapisan eksekusi yang cepat dan murah.
Proyek seperti Celestia: Fokus hanya pada satu hal, yaitu menyediakan lapisan ketersediaan data yang super efisien.
Kelebihan:
Sangat fleksibel, mudah ditingkatkan, dan memungkinkan skalabilitas yang jauh lebih besar tanpa harus mengorbankan desentralisasi dan keamanan dari rantai utama.
Kekurangan:
Bisa lebih kompleks bagi pengguna dan pengembang karena melibatkan interaksi antar beberapa lapisan yang berbeda.
Mengapa Ini Penting bagi Investor?
Memahami perbedaan ini membantu Anda menganalisis sebuah proyek kripto pada tingkat yang lebih dalam.
Saat Anda melihat sebuah proyek, tanyakan:
Apakah proyek ini mencoba menyelesaikan semuanya sendiri (monolitik)? Jika ya, bagaimana mereka mengatasi trilema blockchain? Apakah mereka mengorbankan desentralisasi demi kecepatan?
Atau, apakah proyek ini merupakan bagian dari ekosistem yang lebih besar (modular)? Jika ya, seberapa kuat dan aman lapisan dasar yang mereka gunakan?
Tidak ada jawaban benar atau salah dalam perdebatan ini. Kedua pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, banyak yang percaya bahwa masa depan blockchain adalah modular, karena memungkinkan inovasi tanpa batas di lapisan atas sambil tetap bersandar pada keamanan lapisan dasar yang terdesentralisasi. Bagi investor di portoku.id, memahami visi jangka panjang ini adalah kunci untuk memilih proyek yang dibangun untuk bertahan lama.
Tentang Doni Ramdani
Penulis di PortoKu.id yang berfokus pada analisa keuangan dan asset digital